tulisan 3 : cinta & perkawinan
tulisan 3
CINTA
&
PERKAWINAN
Cinta adalah
sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah kegiatan
aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri,
empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan,
mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan adalah
ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan
umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Tergantung budaya
setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda
juga. Tapi umumnya perkawinan itu eksklusif dan mengenal konsep perselingkuhan
sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan
maksud untuk membentuk sebuah keluarga yang harmonis. Umumnya perkawinan harus
diresmikan dengan pernikahan.
A. Bagaimana
memilih pasangan.
Dalam hidup, kita perlu untuk
mendapatkan sebuah pasangan agar tercapai apa hak dan kewajiban kita terlahir
di dunia ini. Tuhan menciptakan kita secara berpasang-pasangan. Dan tuhan juga
ingin menuntun kita untuk membentuk sebuah keluarga apabila kita dan pasangan
kita resmi dalam suatu ikatan yang bernama pernikahan dan perkawinan.
Apa saja yang perlu kita ketahui
dalam memilih suatu pasangan? Apa dia harus cantik atau ganteng? Apa dia harus
kaya raya dan mempunyai perusahaan yang besar? Atau apa dia harus keturunan
dari orang yang terpandang? Itu semua hanya keinginan yang dianggap realitas
saja. Karena semua itu bisa saja kita gunakan sebagai kriteria namun perlu
dikaji atau dipikirkan kembali apa baik atau tidak memiliki pasangan seperti
pertanyaan tersebut. cinta itu diawali dengan masa pacaran memang, namun saat
telah memasuki dunia pernikahan dan rumah tangga, cinta sepertinya tak lagi
cukup untuk mempertahankan kelangsungan sebuah keluarga. Meski bibit, bebet,
bobot menjadi syarat wajib dalam mencari pasangan hidup, namun kenyataannya
banyak pasangan sudah merasa cukup jika telah memenuhi kriteria saja. Tentu semua
orang ingin menikah satu kali selama hidupnya, agar keinginan ini terwujud
perlulah seseorang itu memilah milih pasangan,agar suatu saat jika ada masalah
yang bisa mengakibatkan perceraian atau perpisahan bisa dihindari. Dibawah ini
adalah bagaimana cara nya untuk bisa memilih pasangan hidup yaitu:
1. Rajin
Beribadah
Ini hal yang penting bagi masa depan
keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang taat beribadah. Mengapa?
Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik karena cinta dilandaskan
kepada tuhan. Anak, akan terbimbing dengan baik. Baik ibu dan bapak sama-sama
memiliki peran dalam pengajaran agama yang baik dikeluarga. Agar anak ini akan
menjadi generasi yang tentuny bisa membanggakan kedua orang tuanya kelak. Jadi
ini salah satu yang harus diperhatikan.
2. Tidak Matrealis
Sebenarnya Matre itu wajar, karena
memang hidup dijaman sekarang yang apa-apa susah didapat menjadi kriteria yang
penting. Terutama bagi seorang wanita. Mengapa ? bagaimana bisa seorang istri
tampil cantik, bila suaminya tidak pernah membelikan istrinya sebuah alat rias.
Dan ia pasti akan berfikir untuk masa depan anaknya nanti, jika sang calon
suami tidak memiliki penghasilan. Bagaimana ia bisa merawat anak dengan baik. Tapi,
tentu saja matre yang kami definisikan tadi adalah yang positif. Bukan Matre
yang memfoya-foyakan uang dengan hal tidak berguna. Jika pasangan anda suka
memfoya-foyakan uang dan sedikit-sedikit minta uang, anda bisa mundur untuk
tidak memilihnya sebagai pasangan hidup.
3. Sehat Jasmani maupun Rohani
Pilihlah yang dari segi fisik dan
mental / jasmani dan rohani yang sehat walafiat. Pilih yang sehat, cerah,
gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika
anda ingin punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan
pemeriksaan kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah
ada yang punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal.
Terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu.
4. Saling Jujur / Tidak Suka Bohong,
Cinta Dan Setia
Mana ada orang yang suka dibohongi.
Pilihlah pasangan yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong
untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat pusing
sama pasangan anda kelak. Pasangan yang setia pada anda akan selalu mencintai
anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam
kondisi apa pun.
Kehidupan
rumah tangga yang harmonis tentu menjadi idaman banyak pasangan. Tapi tentu
saja tidak ada yang sempurna dalam suatu hubungan. Tingal anda saja memilih
sikap. Agar anda tidak memunculkan pertengkaran yang berakhir dengan perceraian
5. Pasangan Yang Selalu Mensuport anda
Cari pasangan yang sealu membantu
anda dalam mengukuhkan imej diri anda dan mendukung semangat dan menyakinkan
diri anda, sebab. Itulah gunanya pasangan hidup baik itu suami maupun istri.
Tanpa adanya saling suport. Hubungan suami dan istri pasti akan renggang dan
bisa saja perceraian terjadi. Karena merasa saling tidak cocok.
Inilah cara bagaimana untuk bisa
memilih pasangan hidup yang baik agar bisa menjadi pedoman keutuhan keluarga.
Dan bisa mempunyai keluarga yang harmonis.
B. Seluk-beluk
hubungan dalam perkawinan.
Dalam suatu perkawinan,
pasti ada seluk beluk nya. Karena pasti hal-hal setelah menjadi pasangan suami
istri. Menurut pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan
juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa
ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam
pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun
perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok
dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan
suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi
dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
·
Tahap pertama : Romantic Love.
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu.
Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini
selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
·
Tahap kedua : Dissapointment
or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling
menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau
lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami
hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin
hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal
lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn
tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan
lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya.
·
Tahap ketiga : Knowledge and
Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada
tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan
ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini
biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada
pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi
perkawinan.
·
Tahap
keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba
tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan
untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah
berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam
mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling
menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan
perkawinan yang nyaman dan tentram.
·
Tahap kelima : Real
Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.
Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami
istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami
dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang
menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua
memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih
lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan
pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda
hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan
ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah
berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
Ketika
pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah
ini sebuah ladang amal sabar. Dan jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari
istikharah ternyata gagal ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati
kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa
dia memang pilihan terbaik yang tuhan pilihkan.
Ketika
keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah
menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan
untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari
Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan
untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik,
tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi
motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.
Terjadinya
sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba cocok,
serba lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita
perlu berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah
aku begitu pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia bagian dari aku.
Karena aku Mencintainya, jadi aku harus bisa memakluminya dan berusaha untuk
terus bersikap baik, lebih baik darinya hingga sikapku bisa menjadi contoh
kebaikan untuknya."
C. Penyesuaian
& pertumbuhan dalam perkawinan.
Dalam
sebuah perkawinan tidak berarti mengikat pasangan harus sepenuhnya. Karena dua individu ini harus dapat
mengembangkan dirinya untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam suatu perkawinan
tidak dapat diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan
salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan yang dialami
oleh dua individu. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering
tak sederhana. Perubahan tersebut yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua belah pihak.
Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat.
Tetapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, maka
selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan sebuah konflik dalam keluarga. Dalam
kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang
harmonis. Akibat dari konflik yang terjadi jika keduanya tidak saling mengalah.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum bisa melakukan penyesuaian diri
tersebut. Karena setiap pasangan suami-istri harus mampu menyesuaikan dirinya
dalam dua keluarga masing-masing. Maka, dibutuhkan waktu yang tepat agar tidak
ada saling konflik satu dengan yang lain. Tumbuhnya rasa kekeluargaan dan
kerukunan diantara semuanya harus diwujudkan dengan kebersamaan yang harmonis.
Banyak
yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa
menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik
sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan itu
sendiri. Masalah yang datang silih berganti pasti akan membuat pasangan
suami-istri bisa menjadi pasangan yang solid dan mampu untuk menyelesaikan
masalah dan konflik dalam keluarga.
D. Perceraian
& pernikahan kembali (rujuk).
Perceraian
adalah jalan satu-satunya jika pasangan suami-istri sudah tidak lagi memiliki
rasa sayang dan cinta diantara keduanya. Dan apabila mereka tidak bisa berhubungan
dengan baik, maka akan berpisah dan tidak lagi menjadi satu keluarga yan
sempurna lagi. Banyak keluarga yang bercerai akibat pasangannya yang memiliki
ego yang lebih tinggi dan tidak ada lagi kerukunan lagi diantara mereka berdua.
Jika
perceraian suami istri tersebut memiliki anak, maka anak-anak mereka akan
merasa kecewa karena orang tua nya tidak bisa bersatu dan bisa bersama-sama
lagi. Dan jika ingin kembali membina keluarga lagi maka pasangan suami istri
yang sudah bercerai harus menikah kembali atau rujuk. Karena bisa saja diantara
mereka ada kesalahan yang harus diintropeksikan diri mereka masing-masing.
Apabila tidak diintropeksikan diri, maka cerai memang jalan keluar yang
benar-benar dibutuhkan. Oleh karena itu setiap pasangan suami istri tidak bisa
menyelesaikan sebuah masalah jika mereka mementingkan egonya sendiri dan tidak
mementingkan kepentingan anak-anak nya. Padahal pernikahan tersebut justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil.
Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah
yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Apa yang akan mempengaruhi peluang
untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda
pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki
beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan
sosial. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya
ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah
kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang
terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan. Esensi dalam
pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu
kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Jika
ingin sukses dalam pernikahan baru, maka diperlukan untuk menyadari tentang
beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati.
Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan
masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik. Itu lah yang terbaik
untuk memulai kembali keluarga yang baru.
E. Single
life.
Paradigma
terhadap lajang cenderung memojokkan diri sendiri. Karena kita belum menemukan
apa yang harus kita cari. banyak pertanyaan yang terus selalu ditanyakan kepada
orang yang belum memiliki pasangan seperti : kapan menikah? Ganteng-ganteng kok
ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan? Atau belum bisa mencari jodoh ?
Ada banyak
alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup,
kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang
cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan
lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk
menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti
karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk
menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah
pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap
hidup melajang.
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang
paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak
ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak
perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi
posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi
terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria
menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat
prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus
pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan
dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa
kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi.
Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup
mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang
mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin
mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan
adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita
dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada
menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun
lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat
melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk
melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang
biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan
teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika
diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun
datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang
dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana
dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul?
Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk
dijawab oleh pelajang.
Seringkali,
pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila
saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar.
Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak
tidak berat jodoh.
Tidak dapat
dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki
pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran
yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka
belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka
untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang
adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati
hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah
menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan
melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah
pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu
jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu
bersama di hari tua.
Arus
modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi
yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang
mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan
melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup
sendiri.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar