tulisan 2
tulisan 2
Stress
Stress
Pengertian stres
a. Arti
penting stres
J.P.Chaplin dalam kamus lengkap psikologi
mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang tertekan, baik secara fisik
maupun secara psikologis. Hal yang sama diungkapkan dalam Atkinson (1983),
stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial,
lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stres disebut stresor. Sementara
reaksi orang terhadap peristiwa tersebut disebut respon stres atau secara
singkat nya adalah stress.
Menurut Lazarus (1999), stres adalah suatu perasaan
cemas atau mengancam yang timbul ketika seseorang menginterpretasikan atau
menilai suatu kondisi atau situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita
untuk bisa menanganinya secara memadai.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini
maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik
atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
·
Efek Stress menurut Hans Selye
Menurut Hans Selye (1946), stres
dapat dilihat dari respon fisiologis tubuh seseorang. Selye telah melakukan
riset penelitian tentang stres dengan dua respon fisiologis tubuh terhadap
stres yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) & General Adaptation Stress
(GAS).
ü Local
Adaptation Syndrome (LAS)
Dimana
tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat
ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Respon
tersebut hanya berjangka pendek.
Karakteristik
dari LAS yaitu :
Ø Respon yang
terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
Ø Respon
bersifat adaptif ; diperlukan stresor untuk menstimulasinya.
Ø Respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
Ø Respon
bersifat restorative.
Sebenarnya
respon LAS ini banyak kita ketemui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti
yang diuraikan di bawah ini :
1.
Respon inflamasi.
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini
memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi
dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi
dibagi kedalam 3 fase :
§ Fase pertama
Adanya perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan penyempitan
pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin,
histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas
kapiler sehingga protein, leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat
yang cedera tersebut.
§ Fase kedua
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati
dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
§ Fase ketiga
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
2.
Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari
kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan
benda tajam.
ü General
Adaptation Stress (GAS)
Merupakan
suatu respon fisologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat
didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku tes
GAS sering dinamakan dengan sistem neuroendokrin.
v Fase
Alam (waspada)
Melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan diri tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi psikologis. Tanda
fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun. Fase alam melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari
tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan
akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk
keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan noreneprin mengakibatkan
denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktifitas hormonal yang luas
ini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Respon
ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor masih menetap maka
individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
v Fase
Resistance (melawan)
Individu
mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi
fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor
– faktor penyebab stres. Bila teratasi gejala stres menurun atau normal, tubuh
kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out
put. Individu tersebut berupaya beradatasi terhadap stressor, jika ini berhasil
tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut
akan jatuh pada tahapan terakhir GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga atau
kelelahan.
v Fase
Exhaustion (kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri
terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri
koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan
dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau
habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada
kematian individu tersebut.
·
Faktor-Faktor
Individual dan Sosial yang menjadi penyebab Stress
Dalam stres terdapat faktor-faktor
yang menyebabkan stres itu muncul. Dan faktor-faktor tersebut ada dua yaitu :
faktor individu dan faktor sosial.
a. Faktor Individual : jika seseorang
menemui stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stressor
tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stressor itu yaitu : Berapa
lamanya (duration) yang ia harus menghadapi stressor itu dan berapa terduganya
stresor itu (predictability).
b. Faktor Sosial : Selain peristiwa-peristiwa
yang penting, ternyata kegiatan dan tugas yang rutin sehari – haripun juga mempengaruhi
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Oleh karena itu dukungan sosial
turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress. Dukungan sosialnya
antara lain : Dukungan Emosional (rasa kasih sayang), Dukungan Nyata (bantuan
atau jasa), dan Dukungan Informasi (nasihat).
Tipe-tipe
Stres
A. Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan kehidupan
sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita
atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri
seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua
yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh
anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan
lain-lain.
B. Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu
hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang
mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan
tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui
sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi. Frustasi ada
yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha)
dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang
dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.
C. Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk
dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik
digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict,
approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
D. Kecemasan
Kecemasan
merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan,
ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan
akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi
ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia
melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum
tentu marah padanya.
Symptom
Reducing Response terhadap Stress
·
Pendekatan
Problem Solving terhadap Stres (Defence Mechanism)
Dalam kehidupan, waktu akan terus berjalan seiring
dengan kehidupan itu sendiri. Individu yang
mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan.
Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing
dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang
ada. Berikut mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadikan
strategi saat menghadapi stress yaitu :
i.
Indentifikasi : adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi
orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan
bersifat sama seperti orang lain tersebut.
ii.
Kompensasi : Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu,
tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain.
iii.
Overcompensation/ reaction formation : Perilaku seseorang
yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama
tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
iv.
Sublimasi : adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif
dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang
konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh
masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
v.
Proyeksi : Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi.
vi.
Introyeksi : adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi
orang lain.
vii.
Reaksi konversi : adalah mengalihkan konflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik.
viii.
Represi : adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima
dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan.
ix.
Supresi : yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara
sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
x.
Denial : adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak
menyenangkan.
xi.
Regresi : adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi
konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkungannya.
xii.
Fantasi : adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik
diri dengan berkhayal/berfantasi.
xiii.
Negativisme : Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang
otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
xiv.
Sikap mengkritik orang lain : Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang
lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang
aktif (terbuka).
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk
mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu
dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi
stress. Strategi coping merupakan koping yang digunakan individu secara sadar
dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang
dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa
relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok
dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut
tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut
akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan
prestasi.
Untuk mengatasi stres, individu dapat melakukan berbagai macam koping
spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang
dikorbankan. Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu cukup parah,
peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi
obat-obatan di saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik. Ada
beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedback
adalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres
dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian
alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan
balik terhadap bagian tubuh tertentu.Biofeedback kurang efektif
untuk digunakan secara praktis. Untuk mengatasi stres minor, individu dapat
mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup
yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi dan meditasi
juga salah satu cara untuk mengurang stres. Dengan merasa rileks, seseorang
dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu
mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki
keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi
lebih tenang. Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan
strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan
mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam
menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah
yang akan terus ada dalam hidupnya.
Sumber :
Basuki,
Heru A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Komentar
Posting Komentar